Mau Sehat & Cerdas? Yuk Makan Ayam dan Telur
Hidup
sehat tentu menjadi dambaan setiap manusia. Tak jarang banyak orang
mengupayakan bahkan mengeluarkan uang banyak untuk bisa sehat. Apalagi jika
tubuh sudah divonis penyakit tertentu, kegelisahan untuk ingin segera pulih
semakin menjadi-jadi. Tak peduli berbagai zat kimia dari dokter dimasukkan
dalam tubuh. Saat saya sakit pun sempat berfikir untuk kedepannya lebih menjaga
kesehatan. Dan ternyata hal serupa juga dialami oleh beberapa orang lainya
salah satunya adalah mbak Sita. Beliau adalah calon ahli gizi yang 4 pekan di
bulan Agustus kemaren mengisi acara tablora di radio tempat saya bekerja.
Banyak ilmu yang dibagikannya tentang kesehatan. Iya, salah satunya tentang
gizi. Yang perlu digaris bawahi darinya bahwa kesehatan itu sebagian kecil dari
genetika selebihnya karena makanan dan gaya hidup.
Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi mampu meningkatkan insulin dalam tubuh, seperti yang kita tau insulin yang tinggi menjadi penyebab utama penyakit diabetes militus. Selain itu ternyata tingginya insulin dalam darah juga memacu hormonal tubuh. Pertumbuhan hormon yang tidak terkontrol atau berlebihan diduga menjadi salah satu penyebab kanker. Hal ini akan sangat bahaya jika terjadi pada anak-anak yang sedang dalam pertumbuhan, yang diawali dari pubertas dini. Jadi menurut mbak Sita, pengurangan karbohidrat (mulai dari nasi, tepung bahkan gula) sangat dianjurkan. Sebagai sumber energi bisa mengganti makan yang tinggi karbohidrat dengan makanan yang berprotein tinggi (daging, ikan, ayam, telur, tempe, tahu dll ) atau sumber gizi lain (semisal buah, aneka sayuran, susu dan olahannya ). Selain itu cara pengolahan makanan yang benar juga mempengaruhi kesehatan. Memang sayuran mentah, bahan makanan yang direbus atau dikukus dianggap lebih aman. Sering juga kita penggunaan minyak yang berlebih dalam memasak, dan cara yang salah lainya.
https://www.youtube.com/watch?v=HMDR027Tr1A&t=3s
Di negara kita melimpah ruah kekayaan alamnya,
namun taraf hidup masyarakatnya masih rendah. Masih banyak penduduk bekerja
sebagai petani baik sepenuhnya atau sambilan. Kalaupun tidak bertani banyak
masyarakat yang tinggal di kota biasaya merupakan pekerja, yang penghasilanya
cukup memenuhi kebutuhannya sehari-hari saja. Sehingga beras, jagung,
singkong dan sagu menjadi sumber makanan pokok yang dianggap murah bagi
masyarakatnya. Kadang ada tanggapan "belum makan bila belum ada
nasi", karena masyarakat biasanya lebih mengutamakan kenyang dengan biaya
yang terjangkau. Dan ternyata ini merupakan tanggapan yang seharusnya mulai
difikirkan kembali. Tidak ada masalah sebenarnya dengan nasi yang berasal dari
beras. Masalahnya adalah nasi mengandung karbohidrat yang tinggi. Banyak
makanan yang dikonsumsi setiap harinya terbuat dari nasi, tepung atau gula.
Sebut saja sebagai makanan pokok, jajanan anak, minuman dsb. Nasi, tepung dan
gula adalah bahan makanan yang rendah serat, yang jika tidak segera diolah
menjadi energi maka akan disimpan menjadi lemak. Terbayang jika lemak bertumpuk
dan tidak diimbangi oleh gerak atau olahraga, tentu bisa menyebabkan seseorang
mengalami obesitas.
Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi mampu meningkatkan insulin dalam tubuh, seperti yang kita tau insulin yang tinggi menjadi penyebab utama penyakit diabetes militus. Selain itu ternyata tingginya insulin dalam darah juga memacu hormonal tubuh. Pertumbuhan hormon yang tidak terkontrol atau berlebihan diduga menjadi salah satu penyebab kanker. Hal ini akan sangat bahaya jika terjadi pada anak-anak yang sedang dalam pertumbuhan, yang diawali dari pubertas dini. Jadi menurut mbak Sita, pengurangan karbohidrat (mulai dari nasi, tepung bahkan gula) sangat dianjurkan. Sebagai sumber energi bisa mengganti makan yang tinggi karbohidrat dengan makanan yang berprotein tinggi (daging, ikan, ayam, telur, tempe, tahu dll ) atau sumber gizi lain (semisal buah, aneka sayuran, susu dan olahannya ). Selain itu cara pengolahan makanan yang benar juga mempengaruhi kesehatan. Memang sayuran mentah, bahan makanan yang direbus atau dikukus dianggap lebih aman. Sering juga kita penggunaan minyak yang berlebih dalam memasak, dan cara yang salah lainya.
Sumber Tinggi Protein |
Jika berlebih
karbohidrat mampu menyebabkan seseorang mengalami obesitas atau indikasi berbagai
penyakit. Berbeda dengan konsumsi makanan tinggi protein justru baik bagi
pemenuhan gizi, termasuk bagi seseorang yang berbadan kurus (seperti saya =D).
Dari obrolan selama 4 pekan tersebut, kemudian saya pun berfikir untuk
melakukan perbaikan gizi bagi saya dan keluarga. Karena memang untuk bisa
membiasakan gaya hidup sehat perlu adanya komitmen dengan seluruh anggota
keluarga. Dari kebiasaan baik mengkonsumsi makanan sehat bersama keluarga tentu
akan menjadi gaya hidup sehat, terlebih jika diimbangi dengan olahraga dan
aktivitas yang sehat pula. Kemudian dari informasi yang saya dapatkan di
internet tentang makanan sehat, saya temukan fakta bahwa ternyata telur dan ayam merupakan makanan tinggi protein yang tergolong cukup murah dibanding dengan sumber protein
lainya. Tentu membiasakan mengkonsumsi telur dan ayam, jauh lebih baik
dibandingkan mengkonsumsi rokok, gorengan pinggir jalan atau jajanan
berpengawet, dan kebiasaan buruk di masyarakat yang sering dilakukan lainya.
Mengingat ayam dan telur mengandung asam amino assensial yang bermanfaat untuk kesehatan dan
kecerdasan otak.
Namun bagi mereka yang tidak suka telur dan ayam, kadang beranggapan telur bisa mengakibatkan kolesterol tinggi, bisul atau jerawat. Perlu dipahami, telur mengandung kolesterol baik bukan kolesterol jahat. Banyak kasus kolesterol di masyarakat pada umumnya bukanlah karena telur maupun komoditi peternakan lainnya, melainkan karena cara pengolahan yang salah, misalnya dengan digoreng pada minyak berulang-ulang hingga menghasilkan kolesterol jahat. Maka lebih bijak berhati-hati membeli jajanan gorengan, atau jauh lebih sehat jika memasaknya sendiri. Dan jika bisul atau jerawat terjadi itu hanya kondisi tertentu, karena sensitifitas seseorang dan ini tidak berlaku untuk semua orang. Sedangkan tentang anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon. Hal ini sama sekali tidak beralasan karena harga satu dosis hormon satu kali suntik bisa mencapai 5 USD (Rp. 65.000), padahal harga ayam di tingkat peternak kurang dari Rp 20 ribu/ekor. Proses pertumbuhan ayam pedaging (broiler) yang cepat adalah hasil persilangan puluhan tahun sesuai dengan kaidah ilmu genetika sehingga dihasilkan ayam dengan mutu genetik yang bagus. Kembali lagi Pengolahan yang benar akan membantu memaksimalkan manfaat dari mengkonsumsi telur dan ayam ini.
Namun bagi mereka yang tidak suka telur dan ayam, kadang beranggapan telur bisa mengakibatkan kolesterol tinggi, bisul atau jerawat. Perlu dipahami, telur mengandung kolesterol baik bukan kolesterol jahat. Banyak kasus kolesterol di masyarakat pada umumnya bukanlah karena telur maupun komoditi peternakan lainnya, melainkan karena cara pengolahan yang salah, misalnya dengan digoreng pada minyak berulang-ulang hingga menghasilkan kolesterol jahat. Maka lebih bijak berhati-hati membeli jajanan gorengan, atau jauh lebih sehat jika memasaknya sendiri. Dan jika bisul atau jerawat terjadi itu hanya kondisi tertentu, karena sensitifitas seseorang dan ini tidak berlaku untuk semua orang. Sedangkan tentang anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon. Hal ini sama sekali tidak beralasan karena harga satu dosis hormon satu kali suntik bisa mencapai 5 USD (Rp. 65.000), padahal harga ayam di tingkat peternak kurang dari Rp 20 ribu/ekor. Proses pertumbuhan ayam pedaging (broiler) yang cepat adalah hasil persilangan puluhan tahun sesuai dengan kaidah ilmu genetika sehingga dihasilkan ayam dengan mutu genetik yang bagus. Kembali lagi Pengolahan yang benar akan membantu memaksimalkan manfaat dari mengkonsumsi telur dan ayam ini.
Telur Jadi Alternatif Bekal |
Komentar
Posting Komentar