Mau Sehat & Cerdas? Yuk Makan Ayam dan Telur

Hidup sehat tentu menjadi dambaan setiap manusia. Tak jarang banyak orang mengupayakan bahkan mengeluarkan uang banyak untuk bisa sehat. Apalagi jika tubuh sudah divonis penyakit tertentu, kegelisahan untuk ingin segera pulih semakin menjadi-jadi. Tak peduli berbagai zat kimia dari dokter dimasukkan dalam tubuh. Saat saya sakit pun sempat berfikir untuk kedepannya lebih menjaga kesehatan. Dan ternyata hal serupa juga dialami oleh beberapa orang lainya salah satunya adalah mbak Sita. Beliau adalah calon ahli gizi yang 4 pekan di bulan Agustus kemaren mengisi acara tablora di radio tempat saya bekerja. Banyak ilmu yang dibagikannya tentang kesehatan. Iya, salah satunya tentang gizi. Yang perlu digaris bawahi darinya bahwa kesehatan itu sebagian kecil dari genetika selebihnya karena makanan dan gaya hidup.

 
https://www.youtube.com/watch?v=HMDR027Tr1A&t=3s

Di negara kita melimpah ruah kekayaan alamnya, namun taraf hidup masyarakatnya masih rendah. Masih banyak penduduk bekerja sebagai petani baik sepenuhnya atau sambilan. Kalaupun tidak bertani banyak masyarakat yang tinggal di kota biasaya merupakan pekerja, yang penghasilanya cukup memenuhi kebutuhannya sehari-hari saja.  Sehingga beras, jagung, singkong dan sagu  menjadi sumber makanan pokok yang dianggap murah bagi masyarakatnya. Kadang ada tanggapan "belum makan bila belum ada nasi", karena masyarakat biasanya lebih mengutamakan kenyang dengan biaya yang terjangkau. Dan ternyata ini merupakan tanggapan yang seharusnya mulai difikirkan kembali. Tidak ada masalah sebenarnya dengan nasi yang berasal dari beras. Masalahnya adalah nasi mengandung karbohidrat yang tinggi. Banyak makanan yang dikonsumsi setiap harinya terbuat dari nasi, tepung atau gula. Sebut saja sebagai makanan pokok, jajanan anak, minuman dsb. Nasi, tepung dan gula adalah bahan makanan yang rendah serat, yang jika tidak segera diolah menjadi energi maka akan disimpan menjadi lemak. Terbayang jika lemak bertumpuk dan tidak diimbangi oleh gerak atau olahraga, tentu bisa menyebabkan seseorang mengalami obesitas.

Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi mampu meningkatkan insulin dalam tubuh, seperti yang kita tau insulin yang tinggi menjadi penyebab utama penyakit diabetes militus.  Selain itu ternyata tingginya insulin dalam darah juga memacu hormonal tubuh. Pertumbuhan hormon yang tidak terkontrol atau berlebihan diduga menjadi salah satu penyebab kanker. Hal ini akan sangat bahaya jika terjadi pada anak-anak yang sedang dalam pertumbuhan, yang diawali dari pubertas dini. Jadi menurut mbak Sita, pengurangan karbohidrat (mulai dari nasi, tepung bahkan gula) sangat dianjurkan. Sebagai sumber energi bisa mengganti makan yang tinggi karbohidrat dengan makanan yang berprotein tinggi (daging, ikan, ayam, telur, tempe, tahu dll ) atau sumber gizi lain (semisal buah, aneka sayuran, susu dan olahannya ). Selain itu cara pengolahan makanan yang benar juga mempengaruhi kesehatan. Memang sayuran mentah, bahan makanan yang direbus atau dikukus dianggap lebih aman. Sering juga kita penggunaan minyak yang berlebih dalam memasak, dan cara yang salah lainya.
Sumber Tinggi Protein

Jika berlebih karbohidrat mampu menyebabkan seseorang mengalami obesitas atau indikasi berbagai penyakit. Berbeda dengan konsumsi makanan tinggi protein justru baik bagi pemenuhan gizi, termasuk bagi seseorang yang berbadan kurus (seperti saya =D). Dari obrolan selama 4 pekan tersebut, kemudian saya pun berfikir untuk melakukan perbaikan gizi bagi saya dan keluarga. Karena memang untuk bisa membiasakan gaya hidup sehat perlu adanya komitmen dengan seluruh anggota keluarga. Dari kebiasaan baik mengkonsumsi makanan sehat bersama keluarga tentu akan menjadi gaya hidup sehat, terlebih jika diimbangi dengan olahraga dan aktivitas yang sehat pula. Kemudian dari informasi yang saya dapatkan di internet tentang makanan sehat, saya temukan fakta bahwa ternyata telur dan ayam merupakan makanan tinggi protein yang tergolong cukup murah dibanding dengan sumber protein lainya. Tentu membiasakan mengkonsumsi telur dan ayam, jauh lebih baik dibandingkan mengkonsumsi rokok, gorengan pinggir jalan atau jajanan berpengawet, dan kebiasaan buruk di masyarakat yang sering dilakukan lainya. Mengingat ayam dan telur mengandung asam amino assensial yang bermanfaat untuk kesehatan dan kecerdasan otak.

Namun bagi mereka yang tidak suka telur dan ayam, kadang beranggapan telur bisa mengakibatkan kolesterol tinggi, bisul atau jerawat.  Perlu dipahami,  telur mengandung kolesterol baik bukan kolesterol jahat.  Banyak kasus kolesterol di masyarakat pada umumnya bukanlah karena telur maupun komoditi peternakan lainnya, melainkan karena cara pengolahan yang salah, misalnya dengan digoreng pada minyak berulang-ulang hingga menghasilkan kolesterol jahat. Maka lebih bijak berhati-hati membeli jajanan gorengan, atau jauh lebih sehat jika memasaknya sendiri. Dan jika bisul atau jerawat terjadi itu hanya kondisi tertentu, karena sensitifitas seseorang dan ini tidak berlaku untuk semua orang. Sedangkan tentang anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon. Hal ini sama sekali tidak beralasan karena harga satu dosis hormon satu kali suntik bisa mencapai 5 USD (Rp. 65.000), padahal harga ayam di tingkat peternak kurang dari Rp 20 ribu/ekor. Proses pertumbuhan ayam pedaging (broiler) yang cepat adalah hasil persilangan puluhan tahun sesuai dengan kaidah ilmu genetika sehingga dihasilkan ayam dengan mutu genetik yang bagus. Kembali lagi Pengolahan yang benar akan membantu memaksimalkan manfaat dari mengkonsumsi telur dan ayam ini.

Telur Jadi Alternatif Bekal
Bicara tentang telur dan ayam, tanggal 15 Oktober merupakan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN). Acara HATN pertama kali dicanangkan tahun 2011 pada saat acara festival ayam dan telur oleh Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MA di Senayan Jakarta, tanggal 15 Oktober 2011. Sejak saat itu setiap tanggal 15 oktober diperingati sebagai Hari Ayam dan Telur Nasional. Ayo di Hari Ayam dan Telur Nasional ini kita mengajak orang-orang disekitar kita untuk rajin makan telur dan ayam, mengingat tubuh membutuhkan banyak protein untuk regenerasi sel, pemenuhan gizi dan kecerdasan. Pola pikir masyarakat tentang 'makanan yang buat kenyang' harus diganti dengan 'makanan yang buat sehat dan cerdas'. Kalau kesehatan bisa diupayakan dengan makanan dan gaya hidup sehat, jadi lebih baik mencegah dari sakit kan daripada harus mengobati penyakit?  
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

'Tips Mengatasi Anyang - Anyangan dengan Uri-Cran'

Dilematika Kemasan Laundry

Mari Bijak Bersuara LPSK Melindungi, Lawan Korupsi !!!