Coban Lawe
Haii,,
Sudah lama saya tidak menyapa di Blog, mungkin benar kata teman blogger jika buat blog atau bisa nulis saja tidak cukup untuk jadi blogger, ya walaupun memang saya masih jauh dari itu. Memang rutinitas yang panjang kadang membuat seseorang melupakan hal-hal yang penting untuk psikologinya termasuk menulis atau membaca. Kehebatan media sosial sekarang ini cukup menyamarkan kegiatan menulis dan membaca, semisal rajin pasang foto di IG plus tulis caption tapi blog-nya kosong (cuma memotifasi diri sendiri). Baiklah, tentang kegiatan menulis mungkin bisa kita bahas di lain kesempatan yaa. Kali ini saya ingin membahas kegiatan lain selain menulis yang juga baik buat psikologis kita, apa itu? dia adalah berekreasi.
Sudah lama saya tidak menyapa di Blog, mungkin benar kata teman blogger jika buat blog atau bisa nulis saja tidak cukup untuk jadi blogger, ya walaupun memang saya masih jauh dari itu. Memang rutinitas yang panjang kadang membuat seseorang melupakan hal-hal yang penting untuk psikologinya termasuk menulis atau membaca. Kehebatan media sosial sekarang ini cukup menyamarkan kegiatan menulis dan membaca, semisal rajin pasang foto di IG plus tulis caption tapi blog-nya kosong (cuma memotifasi diri sendiri). Baiklah, tentang kegiatan menulis mungkin bisa kita bahas di lain kesempatan yaa. Kali ini saya ingin membahas kegiatan lain selain menulis yang juga baik buat psikologis kita, apa itu? dia adalah berekreasi.
Kenapa saya akhirya setuju jika rekreasi baik untuk psikologi, karena menurut teori maslow dalam aktualisasi diri. Ceritanya berawal dari mengisi waktu liburan, pas keluarga lagi kumpul cap cip cup mau kemana buat buktikan kebenaran gambar-gambar wisata lokal baru di media sosial. Akhirnya pilihan jatuh di coban lawe. Mungkin belum banyak yang tahu, coban Lawe berada di Desa Krisik Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo. Ditempuh menggunakan mobil sekitar 30-45 menit tergantung kondisi. Rutenya cukup mudah saya rasa, dari alun-alun kota ambil arah lurus ke timur sampai perempatan Pulung, sedangkan perempatan pulung ambil arah ke timur sekitar 12 Km masuk desa krisik harus lebih peka karena tanda kurang begitu jelas, kemudian belok kiri naik jalan beton.
Tak lama dari jalan besar kamu akan masuk di perkampungan warga. Memang tempat wisata ini kendala utamanya adalah akses jalan. Namun ada beberapa alternatif, pertama bagi anda yang suka tracking selain bisa berwisata juga akan lebih menarik jika memanfaatkan medan untuk tracking, motor track mungkin jadi pilihan yang menarik. Bagi anda yang membawa mobil bagi anda yang mengendarai mobil saya sarankan parkir di permukiman warga dan jangan memaksakan diri untuk parkir di tempat yang lebih tinggi karena nanti akan kesulitan putar balik untuk turun, kemudian anda bisa memanfaat ojek untuk bisa menuju tempat wisata yang jaraknya sekitar 1,5 km dari permukiman warga. Kemarin hanya dengan sepuluh ribu rupiah, akan terbayar dengan keindahanya tanpa harus kelelahan naik menuju Coban, adrenalinpun akan cukup terpacu hanya dengan menaiki ojek.
Waktu saya datang ke coban, pengunjung bisa dibilang cukup banyak, parkiranpun penuh. Ngomong soal parkir, pengunjung harus membayar biaya parkir hanya Rp. 2000,- , tanpa adanya pembayaran tiket masuk. Tenang, perjalanan panjang akan terbayar dengan bening dan derasnyanya air coban, jadi jika anda mengambil foto di tempat ini, mungkin tidak terbayang bila Coban Lawe adalah wisata lokal Ponorogo karena keindahanya. Kabarnya ada beberapa coban/ air terjun di tempat wisata ini, ada coban 1 dan 2, coban 1 ada di bagian bawah dan coban 2 ada di bagian atas. Namun memang iya pengelolaan yang kurang baik, serta akses jalan yang cukup sulit, membuat pengunjung cukup mengeluh.
Jika anda sudah puas menikmati nuansa air terjun, untuk menghangatkan suasana bisa duduk-duduk menikmati pemandangan hutan di warung yang ada di bagian parkiran. Selain itu juga ada pedagang susu segar yang merupakan petani lokal yang ada di sekitar Coban. Nampaknya pemberdayaan masyarakat sekitar sudah mulai berjalan, mulai dari peternakan sapi perah, pertanian, hingga tanaman sayuran, hanya saja untuk pemberdayaan bagi fasilitas wisata masih sangat jarang semisal toko makana, MCK, dan sebagainya. Tak jarang karena jalan yang sempit, papasan jalan pun dengan motor lain harus berhati-hati, kadang saat motor pengangkut rumput gajah untuk pakan ternah, kita harus sangat menepi atau merunduk, kataku "awas sapu bersih lewat", hahaha.
Setelah anda puas menikmarti tempat wisata ini saya sarankan anda anda menuruni medan yang terjal dengan berjalan kaki, ya meskipun tukang ojek akan stay di area coban. Tanya kenapa? karena anda akan disuguhi pemandangan yang menyanangkan yakni pemandangan hutan dan kebun sayur, bahkan juga ada tempat pengolahan susu segar. menurut saya cukup potensial sebagai agro wisata, jadi selain pemandangan air terjun bisa dibuat wahana wisata lain seperti mungkin wisata pengolahan susu segar atau wisata pertanian/ penanaman buah dan sayur, sehingga jarak jalan raya ke coban tidak terasa berat, terlepas memang perbaikan jalan memang dibutuhkan. Mungkin logikanya adalah jika naik gunung tentu energi yang dibutuhkan cukup besar jadi naik ojek adalah alternatif yang tepat, namun jika turun gunung energi yang dibutuhkan tidaklah begitu besar, jadi selain berhemat juga akan menjadi olahraga yang menyenangkan.
Tak lama dari jalan besar kamu akan masuk di perkampungan warga. Memang tempat wisata ini kendala utamanya adalah akses jalan. Namun ada beberapa alternatif, pertama bagi anda yang suka tracking selain bisa berwisata juga akan lebih menarik jika memanfaatkan medan untuk tracking, motor track mungkin jadi pilihan yang menarik. Bagi anda yang membawa mobil bagi anda yang mengendarai mobil saya sarankan parkir di permukiman warga dan jangan memaksakan diri untuk parkir di tempat yang lebih tinggi karena nanti akan kesulitan putar balik untuk turun, kemudian anda bisa memanfaat ojek untuk bisa menuju tempat wisata yang jaraknya sekitar 1,5 km dari permukiman warga. Kemarin hanya dengan sepuluh ribu rupiah, akan terbayar dengan keindahanya tanpa harus kelelahan naik menuju Coban, adrenalinpun akan cukup terpacu hanya dengan menaiki ojek.
Waktu saya datang ke coban, pengunjung bisa dibilang cukup banyak, parkiranpun penuh. Ngomong soal parkir, pengunjung harus membayar biaya parkir hanya Rp. 2000,- , tanpa adanya pembayaran tiket masuk. Tenang, perjalanan panjang akan terbayar dengan bening dan derasnyanya air coban, jadi jika anda mengambil foto di tempat ini, mungkin tidak terbayang bila Coban Lawe adalah wisata lokal Ponorogo karena keindahanya. Kabarnya ada beberapa coban/ air terjun di tempat wisata ini, ada coban 1 dan 2, coban 1 ada di bagian bawah dan coban 2 ada di bagian atas. Namun memang iya pengelolaan yang kurang baik, serta akses jalan yang cukup sulit, membuat pengunjung cukup mengeluh.
Jika anda sudah puas menikmati nuansa air terjun, untuk menghangatkan suasana bisa duduk-duduk menikmati pemandangan hutan di warung yang ada di bagian parkiran. Selain itu juga ada pedagang susu segar yang merupakan petani lokal yang ada di sekitar Coban. Nampaknya pemberdayaan masyarakat sekitar sudah mulai berjalan, mulai dari peternakan sapi perah, pertanian, hingga tanaman sayuran, hanya saja untuk pemberdayaan bagi fasilitas wisata masih sangat jarang semisal toko makana, MCK, dan sebagainya. Tak jarang karena jalan yang sempit, papasan jalan pun dengan motor lain harus berhati-hati, kadang saat motor pengangkut rumput gajah untuk pakan ternah, kita harus sangat menepi atau merunduk, kataku "awas sapu bersih lewat", hahaha.
Setelah anda puas menikmarti tempat wisata ini saya sarankan anda anda menuruni medan yang terjal dengan berjalan kaki, ya meskipun tukang ojek akan stay di area coban. Tanya kenapa? karena anda akan disuguhi pemandangan yang menyanangkan yakni pemandangan hutan dan kebun sayur, bahkan juga ada tempat pengolahan susu segar. menurut saya cukup potensial sebagai agro wisata, jadi selain pemandangan air terjun bisa dibuat wahana wisata lain seperti mungkin wisata pengolahan susu segar atau wisata pertanian/ penanaman buah dan sayur, sehingga jarak jalan raya ke coban tidak terasa berat, terlepas memang perbaikan jalan memang dibutuhkan. Mungkin logikanya adalah jika naik gunung tentu energi yang dibutuhkan cukup besar jadi naik ojek adalah alternatif yang tepat, namun jika turun gunung energi yang dibutuhkan tidaklah begitu besar, jadi selain berhemat juga akan menjadi olahraga yang menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar